Laju Ekonomi Sulawesi
25 April, 2025
Sektor yang bergantung pada sumber daya alam masih memiliki daya ungkit besar di Pulau Sulawesi.

NEXT Indonesia - Bila mencermati pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Sulawesi dalam 10 tahun terakhir, target yang ditetapkan pemerintah dalam RPJMN tersebut sangat memungkinkan untuk diraih. Apalagi sejak tahun 2015 hingga 2019, perekonomian di seluruh provinsi di Sulawesi selalu tumbuh di atas rata-rata nasional.
MOST POPULAR
Kontraksi ekonomi memang sempat terjadi ketika pandemi Covid-19 melanda, yakni di tahun 2020. Namun, perekonomian sebagian besar provinsi di Sulawesi sudah mulai pulih, bahkan kembali tumbuh di atas rata-rata nasional, kecuali Gorontalo dan Sulawesi Barat.
Kini saatnya kembali menggenjot sektor-sektor unggulan yang kompetitif dan berpotensi menjadi penggerak utama perekonomian di masing-masing provinsi tersebut untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 8% pada 2029.
Sektor Utama Penopang Ekonomi Sulawesi
Untuk dapat mengetahui sektor-sektor ekonomi yang kompetitif dan berpotensi digenjot guna meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Sulawesi, NEXT Indonesia menggunakan tiga metode analisis.
Pertama, metode analisis shift-share yang digunakan untuk mengetahui pergeseran sektor-sektor ekonomi di setiap provinsi di Sulawesi dibandingkan dengan perekonomian Indonesia dalam kurun waktu tertentu. Kemudian, Location Quotient (LQ) digunakan untuk mencari tahu sektor-sektor yang menjadi basis perekonomian di setiap provinsi tersebut.
Terakhir, Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui sektor lapangan usaha/sektor ekonomi dengan kategori andalan, potensial, berkembang atau relatif tertinggal. Analisis ini menggunakan hasil pengolahan data pada dua analisis sebelumnya (Differential Shift pada sumbu vertikal dan Indeks LQ pada sumbu horizontal).
Hasil analisis tersebut menunjukkan sektor-sektor apa saja yang berpotensi besar menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di empat provinsi di Sulawesi yang ditargetkan tumbuh lebih dari 8% pada 2029. Berikut penjabarannya:
1. Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi. Meski cenderung menurun pada tiga tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonominya dalam 10 tahun terakhir (2015-2024) mencapai 10,7%. Tak heran bila pemerintah menargetkan pertumbuhannya hingga 14,2% pada 2029, tertinggi di Indonesia.
Industri pengolahan mendominasi perekonomian Sulteng, dengan kontribusi terbesar yakni 41,2% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2024, dengan nilai Rp155,2 triliun. Pertumbuhan sektor ini pada 2024 tercatat 19,1% dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 135 ribu orang atau 8,5% dari total tenaga kerja.
Semua itu terdorong oleh hilirisasi industri nikel pig iron (NPI) yang difokuskan pada Kawasan Industri Morowali atau dikenal juga dengan nama Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Dalam RPJMN, kawasan ini secara spesifik disebutkan sebagai faktor pendorong pertumbuhan perekonomian wilayah Sulawesi.
Pertambangan dan penggalian; serta pertanian, kehutanan, dan sumber daya alam (SDA) menjadi dua sektor lain penyumbang terbesar PDRB Sulteng. Masing-masing sektor tersebut berkontribusi sekitar 15%.
Tipologi Klassen menunjukkan sektor pertanian, kehutanan, dan SDA nyaris mencapai titik jenuh, hanya tumbuh 1,9% pada 2024. Namun pemerintah Sulteng sepatutnya memberikan perhatian khusus, mengingat sektor tersebut menyerap 40,6% tenaga kerja di wilayah itu atau sekitar 649 ribu orang.
Sementara sektor pertambangan dan penggalian masih berpeluang untuk dikembangkan, apalagi pertumbuhannya mencapai 6,19% tahun lalu. Walau demikian, dampak pertambangan dan penggalian terhadap lingkungan dan masyarakat perlu diperhitungkan.
2. Sulawesi Tenggara
Sumber daya alam (SDA) adalah harta terbesar Sulawesi Tenggara (Sultra). Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; serta sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi kontributor terbesar PDRB provinsi tersebut tahun lalu, masing-masing 23,5% dan 21,1%.
Dua sektor tersebut juga masih tumbuh. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 3,8% dengan komoditi unggulan seperti kelapa sawit, kakao, dan kopi. Serapan tenaga kerja sektor ini adalah yang terbesar, mencapai 479 ribu orang atau 33,5% dari tenaga kerja.
Sementara sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 6,2% pada 2024 dengan serapan tenaga kerja 32 ribu orang, atau 2,3% dari total pekerja di Sultra.
Industri pengolahan, meski tidak masuk dalam empat besar sektor penyokong perekonomian Sultra, perlu mendapat perhatian. Tahun lalu, sektor inilah yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, nyaris 13%, didukung oleh peningkatan volume produksi feronikel di Kawasan Industri Konawe, serta peningkatan output produksi industri makanan dan minuman.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Sultra juga membuat sektor jasa pendidikan tumbuh positif seiring meningkatnya kebutuhan industri terhadap sumber daya manusia yang lebih cakap.
Satu lagi yang berpeluang mengerek pertumbuhan ekonomi Sultra adalah pembangunan Wakatobi sebagai Kawasan Pariwisata Strategis Nasional (KPSN). Wakatobi adalah kawasan laut yang terkenal indah dengan keanekaragaman hayati luar biasa, termasuk 750 dari 850 spesies terumbu karang yang ada di dunia.
Kawasan wisata yang populer berpotensi ikut mengangkat sektor-sektor lain, seperti real estat; akomodasi dan penyediaan makan minum; serta, aktivitas keuangan dan asuransi.
3. Sulawesi Utara
Pertanian, kehutanan, dan perikanan adalah sektor penopang utama perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) sepanjang 2024 dan sepertinya bakal berlanjut pada tahun ini. Pada Februari 2025, nilai ekspor minyak kelapa Sulut, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sudah mencapai US$70,6 juta (Rp1,2 triliun), atau 69,7% dari total ekspor produk provinsi tersebut, naik 53,9% dari periode yang sama tahun lalu (yoy).
Komoditas unggulan lain dari sektor perikanan adalah ikan tuna dan cakalang. Volume ekspor produk tersebut pada tahun 2024, menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), mencapai 28.056 ton dengan nilai US$162,7 juta, atau Rp2,6 triliun (kurs Rp15.980 per dolar Amerika Serikat).
Kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencapai Rp38,5 triliun atau sekitar 20,6% terhadap perekonomian Sulut tahun lalu yang mencapai Rp187,4 triliun. Seperempat tenaga kerja di Sulut, yakni sekitar 330 ribu orang, bekerja di sektor tersebut.
Sektor lain yang mengalami pertumbuhan positif adalah real estat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor ini mencapai Rp5,6 triliun pada 2024, naik 5,73% dibandingkan tahun sebelumnya. Bank Indonesia cabang Sulut menyatakan kredit pemilikan rumah (KPR) naik 10% sepanjang 2024, yang mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat di wilayah itu mengalami pertumbuhan yang baik.
Peluang usaha real estat untuk terus tumbuh di Sulawesi Utara semakin besar dengan ditetapkannya Manado-Likupang sebagai destinasi wisata prioritas. Aktivitas pariwisata tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
4. Sulawesi Selatan
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; perdagangan; dan real estat akan menjadi penopang utama kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Selatan (Sulsel) pada 2024.
Provinsi ini, menurut Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Since Erna Lamba, akan mengandalkan berbagai komoditas unggulan, seperti beras, jagung, dan rumput laut, yang saat ini juga menyuplai kebutuhan 22 provinsi di Indonesia.
Pada tahun 2024, PDRB Sulsel tercatat Rp696,3 triliun. Sekitar 21,8% di antaranya ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yang menyerap 1,7 juta tenaga kerja. Sektor perdagangan ada di posisi kedua dengan kontribusi 14,8% terhadap PDRB.
Jasa pendidikan dan kesehatan adalah dua sektor andalan dengan pertumbuhan tertinggi pada tahun 2024, masing-masing 7,6% dan 13,6%. Pertumbuhan dua sektor tersebut, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berasal dari peningkatan realisasi belanja pegawai pada fungsi kesehatan dan perlindungan sosial serta fungsi pendidikan.
Namun secara keseluruhan, pertumbuhan tertinggi, 14,6%, dicapai oleh sektor jasa lainnya. Hal ini terjadi seiring meningkatnya arus wisatawan lokal ke Sulsel sebesar 43,6% pada 2024. Pengembangan infrastruktur di beberapa lokasi wisata populer Sulsel, seperti Gowa, Tanjung Bira, dan Bantaeng, bisa membuat sektor ini semakin diperhitungkan pada masa mendatang.
Merangkum Sektor Andalan di Sulawesi
Dari pemaparan di atas, sektor yang bergantung pada sumber daya alam masih memiliki daya ungkit besar di Pulau Sulawesi. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta pertambangan dan penggalian masih bisa menjadi tumpuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan bagi masing-masing provinsi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Sementara di Sulteng dan Sultra, industri pengolahan berpotensi besar menjadi penopang utama perekonomian dengan semakin berkembangnya Kawasan Industri Morowali dan Konawe. Pemberian nilai tambah pada barang tambang akan mengoptimalkan keuntungan yang didapat dan membantu mengerek pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Adaptasi teknologi modern dan pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi bisa semakin mendorong pertumbuhan sektor-sektor tersebut pada masa mendatang. Dukungan pemerintah melalui kebijakan yang konsisten, simplifikasi regulasi, kepastian hukum, dan peningkatan akses pembiayaan bakal memperlancar jalan menuju pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Sektor-sektor tersebut tentu saja membutuhkan sektor-sektor lain, seperti pendidikan (untuk mendapatkan tenaga kerja ahli), kesehatan (untuk memastikan kesehatan pekerja), dan real estat (tempat tinggal maupun bisnis) untuk menunjang pertumbuhan.
Pembangunan adalah kegiatan komprehensif yang melibatkan semua sektor usaha. Oleh karena itu, target pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029 baru bisa terwujud jika semua sektor usaha saling mendukung.
Sektor Usaha Andalan Provinsi di Sulawesi