Research  By Editorial Desk

Pertumbuhan Kredit Versus NPL

29 Juni, 2025

Hubungan antara NPL dan pertumbuhan kredit berbeda-beda sesuai karakteristik masing-masing.

Ilustrasi jalan macet dan lancar - Next Indonesia

Keterangan foto: Ilustrasi jalan macet dan lancar

DOWNLOADS


Cover Next Review Anak Emas Kredit Perbankan.jpeg

Anak Emas Kredit Perbankan

Download

Ringkasan
• Hubungan NPL dan kredit berbeda tiap sektor
Setiap sektor usaha menunjukkan pola hubungan yang berbeda antara pertumbuhan kredit dan NPL. Ada sektor seperti pemerintahan yang tetap mendapat kredit meski NPL naik, sementara sektor jasa sosial dan pertambangan menunjukkan hubungan negatif, di mana naiknya NPL biasanya diikuti penurunan kredit.
• Pertumbuhan investasi belum tentu dorong kredit
Meski investasi di sektor perikanan dan konstruksi tinggi, pertumbuhan kredit di sektor tersebut justru rendah. Hal ini bisa disebabkan dana investasi berasal langsung dari luar (tidak lewat bank) atau sektor tersebut dianggap berisiko tinggi oleh perbankan.
• Perbankan selektif salurkan kredit
Bank cenderung memilih sektor dengan prospek pertumbuhan stabil dan risiko terkendali sebagai prioritas penyaluran kredit, demi menjaga kualitas aset dan meminimalkan kredit bermasalah.

 

 

NEXT Indonesia - Pertumbuhan kredit perbankan terhadap sektor usaha biasanya terkait dengan sejarah kemampuan sektor usaha tersebut membayar kewajibannya sesuai jadwal. Namun, analisis terhadap kaitan antara perkembangan pertumbuhan kredit dengan tingkat kredit bermasalah (non-performing loan, NPL), tidak selalu menunjukkan pola yang sama. Hubungan antara NPL dan pertumbuhan kredit berbeda-beda sesuai karakteristik masing-masing.

Kredit untuk sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib menunjukkan pola yang tampak acak. Misalnya pada periode Maret-Desember 2024, seperti tampak pada grafik di bawah ini, kredit tetap tumbuh meski kredit bermasalahnya meningkat.

Mengingat lapangan usaha tersebut terkait dengan anggaran pemerintah, pihak perbankan tampaknya berkeyakinan tinggi para debitur akan bisa mengembalikan pinjaman plus bunganya. Karena itu, peluang penambahan kredit terbuka lebih lebar.

Sementara kredit sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya menunjukkan hubungan yang relatif ideal dengan NPL. Tampak pada grafik di bawah ini pertumbuhan kredit akan melambat ketika NPL naik. Sebaliknya, kredit tumbuh ketika angka kredit macet turun.

Pola serupa juga terjadi pada serta sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi kredit bermasalah yang melandai, perbankan makin nyaman menyalurkan

kredit. Dalam lima tahun terakhir, puncak pertumbuhan kreditnya terjadi pada Oktober 2022, yakni mencapai 67,17%. Setelah melambat, kemudian menjadi 25,47% pada Maret 2025.

Adu Cepat: NPL atau Pertumbuhan Kredit?

Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) mungkin tak selalu menjadi pertimbangan utama perbankan dalam penyaluran kredit. Hasil analisis mengisyaratkan, walaupun ada lonjakan NPL, namun masih terbatas di area yang dapat ditoleransi, penyaluran kredit pada sektor tertentu tetap digenjot.

Melalui analisis sederhana pada tiga sektor yang dengan pertumbuhan kredit tertinggi, NEXT Indonesia menemukan bahwa pola hubungan antara NPL dan pertumbuhan kredit berbeda-beda sesuai karakteristik masing-masing sektor. Pada sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib misalnya, hubungan keduanya positif.

Pola tersebut bermakna pergerakan antara NPL dengan pertumbuhan kredit searah. NPL cenderung bergerak lebih awal. Jadi, ketika NPL naik, penyaluran kredit tetap mengikuti, yakni tumbuh positif. Namun, kondisi ini bukan merupakan hubungan
sebab akibat.

Kondisi berbeda terjadi dengan sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya, begitu pun dengan pertambangan dan penggalian. Pada kedua lapangan usaha tersebut, pergerakan antara NPL dan pertumbuhan kredit bersifat negatif alias berlawanan arah.

Untuk kedua sektor tersebut, jeda (lag) vpengaruhnya terjadi dalam 12 bulan. Namun, variabel yang bergerak lebih dulu berbeda.

Pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya, pertumbuhan kredit bergerak lebih awal. Kemudian, 12 bulan setelahnya, NPL bergerak turun mengingat pola hubungannya yang negatif. Sebaliknya, saat Pola Hubungan antara NPL dan Pertumbuhan Kredit pertumbuhan kredit menurun, berikutnya disusul oleh NPL yang naik.

Kondisi tersebut mengisyaratkan bahwa aliran kredit berpotensi digunakan untuk menutup pembayaran pinjaman sebelumnya. Situasi ini dapat menjadi sinyal bagi perbankan untuk menyiapkan mitigasi dalam menghadapi potensi kenaikan kredit bermasalah.

Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, hasil analisis menemukan bahwa NPL bergerak lebih dulu. Ketika NPL naik, dalam 12 bulan berikutnya, pertumbuhan kredit akan menurun mengingat pola hubungan kedua variabel negatif.

Investasi Laju, Kredit Tumbuh

Pertumbuhan kredit sektoral dan pertumbuhan investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) merupakan dua sisi mata uang yang saling terkait. Keduanya mendukung pembangunan ekonomi.

Bank lazimnya menyalurkan kredit ke sektor-sektor usaha yang menunjukkan prospek pertumbuhan tinggi. Biasanya, sektor-sektor tersebut juga mendapat banyak kucuran modal, baik dari domestik maupun asing.

Di sisi lain, masuknya investasi, terutama PMA, akan meningkatkan aktivitas usaha di sektor tersebut. Aktivitas ini akan mendorong permintaan kredit oleh pelaku usaha lokal yang menjadi bagian dari rantai investasi tersebut.

Data pertumbuhan investasi dan kredit sektoral tahun 2024 secara umum menunjukkan hubungan tersebut. Akan tetapi ada anomali di beberapa sektor usaha. Pertumbuhan kredit pada sektor perikanan dan konstruksi terbilang kecil (bahkan
minus di sektor perikanan) saat investasi yang masuk ke dua sektor tersebut terbilang tinggi.

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Pertama, dana yang masuk ke dua sektor tersebut datang langsung dari para investor mereka, tidak melalui sistem perbankan nasional. PMA dan PMDN besar cenderung menggunakan dana internal atau pembiayaan dari luar negeri/afiliasi, bukan kredit dari perbankan Indonesia.

Bisa juga karena bank menilai perikanan dan konstruksi adalah sektor yang memiliki risiko tinggi, sehingga enggan mengucurkan kredit yang terlalu besar. Perikanan, misalnya, ada risiko cuaca dan fluktuasi harga ekspor. Sementara pada bidang konstruksi bisa jadi karena turunnya permintaan pasar atau margin keuntungan yang tipis.

Kesimpulannya, bank cenderung selektif dalam menyalurkan kredit, fokus pada sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan yang solid dan profil risiko yang terkelola dengan baik untuk menjaga kualitas aset. Sektor- sektor tersebutlah yang kemudian mendapat kemudahan kredit dan menjadi anak emas perbankan.

Related Articles

blog image

Jalan Berliku Memungut Pajak E-Commerce

Inisiatif pembayaran pajak penghasilan ini dapat memberikan kemudahan bagi penjual daring dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Selengkapnya
blog image

Anak Emas Kredit Perbankan

Perbankan memiliki dalil sendiri untuk memilih sektor yang “dimanja” dengan aliran kredit. Sektor pertambangan jadi satu di antara sektor prioritas.

Selengkapnya
blog image

Jejak Hilirisasi Sawit

Pohon industri turunan kelapa sawit yang disusun Kemenperin menunjukkan semakin banyak ragam produk turunan sawit yang berhasil diolah di dalam negeri

Selengkapnya