Pilih Mana: ATM atau E-Money
11 Mei, 2025
Setiap tahun, rata-rata kenaikan nilai transaksi penggunaan e-money lebih dari 100%, sementara ATM jalan di tempat.

Keterangan foto: Ilustrasi pembayaran elektronik
NEXT Indonesia - Kehadiran e-money bisa dilihat sebagai pelengkap keberadaan kartu ATM/debit. Kartu-kartu sakti sebagai alat bayar itu saling melengkapi karena memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
MOST POPULAR
Kartu ATM/debit pada dasarnya merupakan perpanjangan tangan buku tabungan nasabah. Jadi, dana di dalamnya tak terbatas, menyesuaikan saldo tabungan pemilik. Tergantung jenis kartu yang dipakai, limit penarikan tunai bisa mencapai jutaan rupiah per hari, sementara limit transfer bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan ada beberapa bank dengan kartu ATM/debit bisa digunakan di luar negeri.
Sementara e-money hanya bisa diisi maksimal Rp2 juta dengan limit pengisian (top up) hingga Rp20 juta per bulan. Jadi, pengeluaran yang bisa dilakukan nasabah amat terbatas. Soal penggunaan lintas negara, saat ini baru e-money berbasis server yang bisa digunakan di luar negeri dan jumlahnya masih sedikit. Salah satunya adalah Dana.
Meski demikian, e-money tentu lebih simpel digunakan ketimbang kartu ATM/debit. Kartu e-money berbasis chip tak perlu nomor identifikasi pribadi atau personal identification number (PIN), sehingga proses transaksi berlangsung cepat. Limit maksimal yang relatif rendah juga membuat penggunanya tidak terlalu panik jika kartunya hilang, bila dibandingkan kehilangan kartu ATM.
Selain itu, aplikasi e-money berbasis peladen (server), seperti platform dompet digital, umumnya dilengkapi dengan fitur keamanan seperti autentikasi biometri (sidik jari atau pengenalan wajah) dan enkripsi data untuk melindungi transaksi pengguna. Fitur keamanan pada uang elektronik membuat masyarakat merasa aman saat melakukan pembayaran digital.
Perbedaan jenis penggunaan tersebut membuat para pemilik kartu ATM biasanya merasa perlu memiliki e-money, baik berbasis server maupun chip. Sehingga, mereka bisa memilih kartu yang akan digunakan, tergantung kebutuhan.
Saling Salip Saat Belanja
Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan (SPIP) Bank Indonesia menunjukkan, pada Februari 2025 kartu ATM/debit paling banyak digunakan untuk transaksi tunai –penarikan tunai menggunakan kartu ATM tersebut. Jumlahnya mencapai Rp349,5 triliun atau sekitar 60% dari total transaksi yang Rp586,6 triliun pada bulan tersebut.
Transfer intrabank dan antar-bank ada di urutan berikutnya, dengan komposisi masing-masing 21% dan 12%. Sementara, komposisi penggunaan kartu ATM untuk belanja menjadi yang terkecil, yakni hanya 7% dengan nilai sekitar Rp42,1 triliun.
Mengacu pada sumber yang sama, tujuan transaksi terbesar uang elektronik pada periode Februari 2025 adalah reload/top up. Sebanyak 51% transaksi e-money ditujukan untuk mengisi ulang uang elektronik itu sendiri. Nilainya mencapai Rp114,6 triliun.
Penggunaan e-money untuk alat pembayaran saat belanja ada di urutan kedua, yakni 28% dari total penggunaan, dengan nilai transaksi Rp63,7 triliun. Selanjutnya, penggunaan e-money untuk transfer antar-uang elektronik (20%) dengan nilai transaksi Rp44,3 triliun.
Kenyataan menarik yang tampak pada data Bank Indonesia tersebut adalah saat ini masyarakat lebih banyak membayar barang belanjaan mereka menggunakan uang elektronik daripada kartu ATM/debit.
Pandemi Covid-19 yang melanda di awal tahun 2020 boleh jadi berkah terselubung bagi uang elektronik. Saat kontak fisik dan pergerakan manusia dibatasi, mereka beralih menggunakan e-money untuk bertransaksi, kemudian menjadi “candu”.
Pada April 2020, saat pandemi tengah pada masa puncaknya, transaksi belanja menggunakan e-money mencapai Rp17,6 triliun. Itulah momentum pertama kali penggunaan e-money lebih besar ketimbang transaksi kartu ATM yang tercatat Rp15,1 triliun.
Setelah itu tren penggunaan uang elektronik untuk belanja terus meningkat. Pada Februari 2025 nilai belanja warga via e-money sudah mencapai Rp63,7 triliun, lebih besar 51% dari pembayaran belanja memakai kartu ATM/debit yang tercatat Rp42,1 triliun.
Popularitas penggunaan e-money tersebut didorong oleh semakin meningkatnya dan tersebarnya teknologi informasi, juga literasi digital, ke pelosok Indonesia. Sambungan internet memungkinkan warga berdagang online, baik dengan mengembangkan situs sendiri maupun berjualan di marketplace– platform online yang menjadi perantara antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.
Transaksi perdagangan online tersebut umumnya menggunakan uang elektronik, khususnya yang berbasis server. Meningkatnya keamanan uang elektronik juga membuat masyarakat semakin percaya untuk memanfaatkannya.