Saling Silang Data Pekerja Migran
18 Mei, 2025
Perkembangan nominal remitansi mengisyaratkan bahwa sebagian besar pekerja migran berhasil mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik.

Keterangan foto: Ilustrasi amplop berisi uang
NEXT Indonesia - Ada ”kebingungan” soal data jumlah pekerja migran Indonesia yang sesungguhnya. Dalam laporan bertajuk ”Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko” Bank Dunia menyebutkan bahwa jumlah pekerja migran Indonesia pada tahun 2017 telah mencapai 9 juta orang. Angka itu jauh di atas data Kementerian/Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) yang menyatakan, pada tahun 2024 saja, jumlahnya hanya 3,9 juta orang.
MOST POPULAR
Benny Rhamdani, Kepala BP2MI periode 2020-2024, menyatakan, perbedaan itu terjadi karena masih adanya sindikasi pengiriman pekerja migran nonprosedural alias ilegal, sehingga tidak tercatat resmi. Menteri P2MI Abdul Kadir Karding, dalam sebuah acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada 16 Maret 2025, memberi jawaban senada dengan Benny saat ditanya soal ketidakcocokan data jumlah pekerja migran.
”Pekerja yang tidak terdaftar atau berangkat secara ilegal diperkirakan sekitar 4,3 juta,” kata Karding dikutip Kontan (16/3). Dia menambahkan, saat ini (hingga Maret 2025) ada sekitar 5,2 juta pekerja migran yang terdaftar di Kementerian/ Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.
Dalam publikasi NEXT Indonesia ini, data jumlah pekerja migran Indonesia yang digunakan berasal dari Bank Indonesia (BI). Bank sentral merupakan satu-satunya lembaga yang mencatat remitansi para pekerja migran.
Data BI menunjukkan nilai remitansi dan jumlah pekerja migran tumbuh positif dalam tiga tahun terakhir, setelah sempat anjlok pada tahun 2020 dan 2021 ketika pandemi COVID-19 mencapai puncaknya. Pada tahun 2024, nilai remitansi pekerja migran Indonesia mencapai US$15,7 miliar atau sekitar Rp248,8 triliun (rata-rata kurs BI 2024, US$1=Rp15.844). Nilai remitansi tumbuh 10,4% dibandingkan tahun 2023 atau meningkat 66,2% dalam 10 tahun terakhir (2015-2024).
Dengan jumlah pekerja tercatat 3,9 juta orang, berarti sepanjang tahun 2024, setiap pekerja migran rata-rata mengirimkan dana Rp64 juta atau sekitar Rp5,3 juta per bulan kepada keluarga mereka di Indonesia. Nilai remitansi itu lebih besar dari rata-rata upah minimum provinsi (UMP) yang hanya Rp3,1 juta/bulan.
Perkembangan nominal remitansi mengisyaratkan bahwa sebagian besar pekerja migran berhasil mencapai tingkat ekonomi yang lebih baik. Bahkan, mereka turut menopang ekonomi keluarga di daerah asal.
Lombok Timur dan Indramayu Jadi Pemasok Terbesar
Kementerian/Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) mengaku sedang membenahi data segala hal yang terkait pekerja migran Indonesia. Oleh karena itu, NEXT Indonesia memilih untuk menggunakan data pekerja migran dari laporan ”Potensi Desa Indonesia 2024” yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan laporan tersebut, Kabupaten Lombok Timur di Nusa Tenggara Barat menjadi daerah tingkat II yang paling banyak mengirimkan pekerja ke luar negeri. Ada 48.187 warga dari daerah tersebut yang menjadi pekerja migran. Pekerja perempuan mendominasi dengan porsi 78,1%.
Menyusul di peringkat kedua adalah Kabupaten Indramayu di Jawa Barat dengan 40.870 pekerja migran. Lalu tiga kabupaten di Jawa Timur (Jatim) –Sampang, Ponorogo, dan Tulungagung– melengkapi deretan lima besar.
Pekerja asal Jatim tampak mendominasi porsi pekerja migran Indonesia. Tahun lalu saja, Kementerian P2MI mencatat ada 79.339 warga Jatim yang pergi bekerja ke luar negeri atau 26,7% dari total 297.434 pekerja migran yang baru meninggalkan Indonesia.
Kementerian tersebut mencatat, penempatan pekerja migran Indonesia terkonsentrasi di jabatan house maid (asisten rumah tangga), caregiver (perawat), worker (buruh), plantation worker (buruh perkebunan), dan domestic worker (pekerja domestik). Sebanyak 67,7% pekerja migran Indonesia bekerja pada salah satu dari lima jenis pekerjaan tersebut.
Aliran Remitansi dari Malaysia dan Taiwan
Mayoritas pekerja migran Indonesia, menurut data Kementerian/Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), bekerja di kawasan Asia Pasifik. Porsinya mencapai 75% dari total 3,9 juta pekerja. Lalu, sekitar 24,3% dari seluruh pekerja migran mencari nafkah di kawasan Timur Tengah dan Afrika, dan sisanya menyebar di bagian lain dunia.
Malaysia menjadi tujuan utama para pekerja migran Indonesia. Ada sekitar 1,7 juta orang yang bekerja di negara tetangga tersebut. Pada 2024, sekitar 29,9% dari total remitansi, yakni senilai Rp74,4 triliun, berasal dari pekerja migran di Malaysia.
Pekerja di Arab Saudi ada di peringkat kedua dengan total remitansi Rp62,9 triliun, sementara pekerja di Taiwan melengkapi tiga besar dengan remitansi Rp39,8 triliun. Tahun lalu, terdapat 848 ribu pekerja Indonesia di Arab Saudi, sementara ada 484 ribu pekerja mengadu nasib di Taiwan.
Bila dihitung per orang, remitansi terbesar bukan dari pekerja migran di Malaysia atau Arab Saudi. Nilai remitansi yang terbesar berasal dari para pekerja di Inggris Raya. Setiap pekerja migran di Inggris mentransfer total Rp286 juta ke Indonesia sepanjang tahun.
Para pekerja Indonesia di Italia hanya sedikit di bawahnya, dengan nilai remitansi Rp275 juta pada tahun 2024. Dua negara maju di Asia Timur–Korea Selatan dan Jepang– serta Qatar, negara kaya di Timur Tengah, melengkapi daftar lima negara dengan rata-rata remitansi per pekerja tertinggi.
Tingginya remitansi individu pekerja migran di lima negara tersebut bisa menunjukkan upah yang mereka terima lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization, ILO), pekerja migran rata-rata mendapatkan upah 13% lebih rendah dibandingkan standar upah pekerja lokal.