Unknown  By Editorial Desk

Jejak Hilirisasi Sawit

23 Juni, 2025

Pohon industri turunan kelapa sawit yang disusun Kemenperin menunjukkan semakin banyak ragam produk turunan sawit yang berhasil diolah di dalam negeri

Ilustrasi jejak berminyak - Next Indonesia

Keterangan foto: ilustrasi jejak berminyak

DOWNLOADS


cover next review hilirasi sawit, jangan berhenti.jpeg

Hilirisasi Sawit, Jangan Berhenti

Download

Ringkasan
• Dorongan Hilirisasi Sawit Melalui Kebijakan dan Insentif
Pemerintah telah mengakselerasi hilirisasi sawit sejak dua dekade terakhir melalui berbagai kebijakan, seperti bea keluar progresif, tax holiday, dan pengembangan kawasan industri terpadu, serta dukungan BPDPKS dalam program biodiesel dan riset sawit.
• Ragam Produk Turunan Sawit Terus Berkembang
Indonesia kini menghasilkan beragam produk hilir sawit, termasuk oleofood (minyak goreng, margarin, vitamin E), oleokimia (fatty acid, gliserin, surfaktan), dan bioenergi (biodiesel, bioavtur, biogas), meski ekspor CPO masih dominan.
• Hilirisasi Dorong Nilai Tambah dan Daya Saing Global
Hilirisasi sawit meningkatkan nilai jual produk hingga puluhan kali lipat, memperkuat industri dalam negeri, menciptakan jutaan lapangan kerja, dan menjadi strategi untuk mengurangi dampak fluktuasi harga CPO di pasar global.

 

 

NEXT Indonesia - Hilirisasi sawit sebenarnya telah lama diupayakan oleh pemerintah dan pelaku industri di Indonesia. Produksi oleofood7 dasar untuk memenuhi kebutuhan domestik, seperti minyak goreng, margarin, dan shortening (mentega putih) menjadi awalnya.

7. Produk turunan dari minyak nabati, khususnya minyak kelapa sawit, yang diolah menjadi berbagai produk makanan dan bahan baku industri makanan.

Tetapi akselerasi hilirisasi tersebut baru terjadi dalam 20 tahun terakhir. Keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 2006 tentang Penggunaan Bahan Bakar Nabati untuk Bahan Bakar Kendaraan Bermotor menjadi pendorongnya. Setelah itu, mulai bermunculan industri yang mengolah CPO menjadi produk turunan oleokimia8 dan oleofood yang lebih kompleks, meskipun volume ekspornya masih relatif kecil.

8. Produk turunan minyak sawit yang diolah menjadi berbagai senyawa kimia dasar, seperti asam lemak, gliserin, dan metil ester, yang kemudian menjadi bahan baku untuk produk akhir seperti sabun, detergen, kosmetik, dan pelumas.

Mulai tahun 2010-an, pemerintah semakin aktif mengeluarkan beragam kebijakan yang mendorong investasi di sektor hilir sawit. Berikut ini beberapa di antaranya:

• Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Bea Keluar. PMK secara berkala mengatur tarif bea keluar untuk CPO dan produk turunannya, dimulai sejak terbitnya PMK No. 128/PMK.011/2011. Struktur tarif progresif, di mana bea keluar produk mentah (CPO dan PKO) lebih tinggi daripada produk olahan (seperti oleofood dan oleokimia, serta biodiesel) menjadi insentif utama bagi industri untuk melakukan hilirisasi.

• Pengurangan pajak penghasilan (tax allowance) untuk industri hilir kelapa sawit yang mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 52 tahun 2011 jo PP 62 tahun 2008 jo PP 1 tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal Di Bidang Bidang Usaha Tertentu Dan Atau Di Daerah Daerah Tertentu.

• Insentif Pajak (tax holiday) untuk industri hilir minyak sawit perintis dengan mengacu pada PMK No. 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan Pajak Penghasilan Badan.

• Pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (PMK No. 76/PMK.011/2012).

• Pengembangan kawasan industri integrasi industri hilir sawit dengan fasilitas/jasa pelabuhan seperti Sei Mangkei (Sumatera Utara), Dumai-Kuala Enok (Riau), Tanjung Api-api (Sumatera Selatan) dan Maloy (Kalimantan Timur).

• Kebijakan mandatori biodiesel. Peraturan Presiden (Perpres) No. 61 Tahun 2015 mengatur tentang penghimpunan dan penggunaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang salah satu fungsinya adalah mendukung program biodiesel. Kemudian disusul Perpres No. 66 Tahun 2018 yang menjadi dasar hukum untuk penerapan program mandatori biodiesel dengan kadar campuran yang terus meningkat (B20, B30, hingga B35). Ini menciptakan pasar domestik yang besar untuk CPO olahan menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME).

• Pendirian Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berdasarkan Perpres No. 61 Tahun 2015. BPDPKS tidak hanya mendanai program biodiesel, tetapi juga mendukung peremajaan sawit rakyat (PSR), penelitian dan pengembangan, serta promosi produk sawit.

Semua kebijakan tersebut menjadi landasan bergeraknya proses hilirisasi yang pada akhirnya mengubah wajah industri sawit Nusantara. Dari sekadar pengekspor komoditas mentah, kini Indonesia menjadi pemain utama dalam rantai nilai global, memproduksi berbagai barang jadi dan setengah jadi.

Pohon Industri Sawit, Sebuah Gambaran

Pohon industri turunan kelapa sawit yang disusun Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan semakin banyak ragam produk turunan sawit yang telah berhasil diolah di dalam negeri. Namun, masih banyak ragam produk lain yang, jika memungkinkan, bisa dilirik oleh para pelaku industri.

Indonesia kini telah berhasil mengembangkan beragam produk olahan sawit, yang dikelompokkan menjadi tiga kategori utama:

1. Oleofood (produk pangan)

Minyak Goreng: Produk paling dasar dan banyak dikonsumsi. Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak goreng terbesar dunia.

Margarin dan Shortening: Digunakan dalam industri roti, kue, dan katering. 

Lemak Cokelat (Cocoa Butter Equivalent/CBE): Bahan baku penting dalam industri cokelat.

Produk susu kondensasi dari sawit: Inovasi baru sebagai alternatif susu.

Vitamin E (tocopherol dan tocotrienol): Ekstraksi minyak sawit mentah yang digunakan sebagai suplemen kesehatan dan antioksidan.

Betakaroten: Pigmen alami yang juga merupakan antioksidan, diekstraksi dari CPO.

2. Oleokimia (produk non-pangan)

• Fatty Acid (Asam lemak): Bahan baku utama untuk berbagai produk.

• Fatty Alcohol (Alkohol Lemak): Digunakan dalam pembuatan deterjen, kosmetik, farmasi, dan pelumas.

• Glycerine (Gliserin): Produk sampingan dari proses transesterifikasi (pembuatan biodiesel), digunakan dalam industri makanan, farmasi, kosmetik (pelembap), dan resin.

Methyl Ester Sulphonate (MES): Surfaktan ramah lingkungan untuk deterjen.

Biosurfaktan: Senyawa aktif permukaan yang ramah lingkungan.

Bahan Kimia untuk Pengeboran Minyak: Digunakan sebagai aditif pada lumpur pengeboran.

Bahan Baku Plastik Biodegradable: Pengembangan ke arah bioplastik berbasis sawit.

3. Biofuel dan Energi Terbarukan

Biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester, FAME): Ini adalah produk hilir sawit paling masif yang dikembangkan di Indonesia untuk memenuhi program mandatori biodiesel. Dicampur dengan solar sebagai bahan bakar.

• Bioavtur (Sustainable Aviation Fuel, SAF): Pengembangan bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan dari sawit. Saat ini masih dalam tahap awal komersialisasi.

• Biogas dan Biometana: Dihasilkan dari limbah cair Pabrik Kelapa Sawit (PKS) untuk menghasilkan listrik atau sebagai bahan bakar.

Untuk saat ini, ekspor minyak sawit mentah, dalam bentuk CPO dan selain CPO, memang masih mendominasi. Akan tetapi data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan volume ekspor beberapa produk hilirisasi unggulan terus meningkat.

Nilai tambah komoditas turunan sawit membuat hilirisasi berpotensi menguntungkan bagi pelaku industri. Sebagai contoh, nilai jual pure cut fatty alcohol, yang menjadi bahan baku produk kosmetik, detergen, dan surfaktan, dapat mencapai dua kali lipat dari harga CPO per tonnya. Bahkan nilai jual soap bar (sabun batangan) bisa lebih tinggi 57 kali lipat dibandingkan harga CPO per tonnya.

Masa depan hilirisasi sawit di Indonesia diharapkan terus berkembang, dengan fokus pada produk bernilai tambah lebih tinggi, pengembangan teknologi pemrosesan yang lebih canggih, dan peningkatan keberlanjutan untuk memenuhi tuntutan pasar global yang semakin ketat. Soalnya, hilirisasi tidak hanya mengurangi ketergantungan pada fluktuasi harga minyak sawit mentah, tetapi juga menciptakan jutaan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan negara, dan mendorong inovasi agar bisa bersaing di tingkat global.

Related Articles

blog image

Jalan Berliku Memungut Pajak E-Commerce

Inisiatif pembayaran pajak penghasilan ini dapat memberikan kemudahan bagi penjual daring dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Selengkapnya
blog image

Pertumbuhan Kredit Versus NPL

Hubungan antara NPL dan pertumbuhan kredit berbeda-beda sesuai karakteristik masing-masing.

Selengkapnya
blog image

Anak Emas Kredit Perbankan

Perbankan memiliki dalil sendiri untuk memilih sektor yang “dimanja” dengan aliran kredit. Sektor pertambangan jadi satu di antara sektor prioritas.

Selengkapnya