Unknown  By Editorial Desk

Menggoyang Harga Nikel Dunia

15 Juni, 2025

Selain produsen terbesar, Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbanyak di dunia. Cadangan nikel Indonesia mencapai 55 juta ton.

Ilsutrasi nikel - Next Indonesia

Keterangan foto: Ilsutrasi nikel

DOWNLOADS


Cover Next Review Jalan Panjang Hilirisasi Nikel.jpg

Jalan Panjang Hilirisaasi Nikel

Download

Ringkasan
Indonesia Dominasi Pasar Nikel Dunia
Indonesia memproduksi 60,19% nikel dunia dan memiliki cadangan terbesar global, namun banjir pasokan membuat harga nikel jatuh hingga 34,91% dalam dua tahun terakhir.
• Risiko dan Tantangan Hilirisasi
Pemerintah berencana mengurangi kuota produksi bijih nikel demi menjaga harga global, namun langkah ini dapat memicu kekhawatiran pengusaha smelter dan mengganggu rantai pasok baterai EV dunia.
• Isu Lingkungan dan Pengawasan Ekspor
Dugaan kebocoran ekspor bijih nikel ke Cina dan polemik IUP di Raja Ampat menjadi alarm penting untuk pengawasan ketat terhadap ekspor ilegal dan dampak lingkungan dari industri pertambangan.

 

 

NEXT Indonesia - Hilirisasi nikel amat penting bagi Indonesia mengingat negara ini adalah produsen terbesar di dunia. Dengan total produksi diperkirakan mencapai 2,2 juta ton pada tahun 2024, Indonesia berkontribusi 60,19% pada pasar nikel dunia. Angka produksi itu naik 8,37% dari 2,03 juta ton pada tahun sebelumnya.

Volume produksi tersebut hampir lima kali lipat dari produsen peringkat kedua Filipina (330 ribu ton). Rusia, peringkat ketiga dunia, memproduksi 210 ribu ton nikel tahun lalu.

Selain produsen terbesar, Indonesia adalah pemilik cadangan nikel terbanyak di dunia. Menurut laporan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) yang dirilis Januari 2025, cadangan nikel Indonesia mencapai 55 juta ton. Australia ada di posisi kedua dengan cadangan 24 juta ton, disusul Brasil dengan 16 juta ton.

Perbedaan jomplang pada volume produksi ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia amat agresif dalam menggali nikel. Berbeda dengan Australia dan Brasil yang produksinya jauh di bawah cadangan nikel mereka, bahkan trennya terlihat menurun.

Beberapa faktor yang disebut sebagai pendukung jor-jorannya penggalian mineral logam tersebut di Indonesia adalah cadangan nikel yang besar, aturan lingkungan yang longgar, dan murahnya tenaga listrik berbahan bakar batu bara yang diperlukan untuk menjalankan smelter dan refinery.

Banjir produk nikel dari Indonesia, yang pada 2024 diperkirakan mencapai 60,19% dari total produksi dunia, disebut-sebut sebagai salah satu penyebab merosotnya harga nikel dunia. Setelah sempat mencapai sekitar US$25.834/ton pada 2022, tertinggi sejak 2007, turun jadi US$16.814 pada 2024. Hanya dalam dua tahun harga nikel turun hampir 34,91%.

Majalah The Economist memaparkan bahwa Indonesia, dengan bantuan investasi Cina, adalah pihak yang paling bertanggung jawab terhadap momen tenggelamnya harga nikel di pasar dunia. Jatuhnya harga menyebabkan banyak tambang dan tungku nikel, dari Australia hingga Brasil, ditutup atau dijual.

Turunnya harga nikel di pasar dunia tersebut pada akhirnya merugikan Indonesia juga. Keuntungan yang didapat dari ekspor semakin tipis. Tsingshan, misalnya, dikabarkan Bloomberg Technoz baru saja menghentikan sementara produksi baja canai dingin (cold roll steel)6 di pabrik baja nirkaratnya di Morowali, Sulawesi Tengah, akibat berkurangnya margin.

6. Baja yang diproses dengan digulung pada suhu ruangan setelah sebelumnya digulung panas.

Untuk menjaga harga, pemerintah Indonesia tengah mengkaji kemungkinan pengurangan kuota produksi bijih nikel dalam Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan-perusahaan nikel. Beredar kabar bahwa kuota produksi akan dikurangi dari 272 juta ton pada 2024 menjadi 150 juta ton tahun ini.

”Jadi jangan sampai kita jor-joran. Yang paling bagus itu adalah RKAB- nya banyak, harganya bagus. Nah,  itu ok. Tapi kalau harganya anjlok, kemudian kita kasih RKAB-nya banyak, tambah anjlok lagi [harga nikel],” kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dikutip Bisnis.com.

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengklaim harga nikel dunia bakal terkerek ke angka US$20.000/ton jika pemerintah memutuskan untuk memangkas produksi.

Akan tetapi, pengurangan kuota produksi tentu saja membuat waswas para pengusaha smelter. Produksi mereka bakal turun jika pasokan bijih nikel dari dalam negeri berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu jalan bagi pengusaha smelter adalah mengimpor bijih nikel dari negara lain. 

Sementara, menurut analisis Macquarie Group Ltd. yang dikutip Bloomberg, penurunan produksi Indonesia bisa menghapus sepertiga pasokan nikel di pasar dunia. Selain itu juga akan mengurangi secara drastis ketersediaan logam untuk produksi baterai.

Oleh karena itu, pemerintah harus berhitung dengan cermat sebelum mengambil keputusan apapun terkait kuota produksi bijih nikel dalam negeri. Jangan sampai malah mengganggu program hilirisasi yang tengah berjalan, juga menggerus pendapatan.

Dana Siluman Nikel Mengintai

Ketegasan melarang ekspor bijih nikel, memberikan angin segar tumbuhnya industri pengolahan komoditas tersebut. Ternyata, data UN Comtrade mencatat, masih ada bijih Indonesia yang mengalir ke Cina.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sejak tahun 2020, ketika larangan ekspor bijih nikel berlaku, tidak ada ekspor nikel dari Indonesia ke Cina. Ekspor terakhir ke negara tersebut yang dicatat BPS terjadi pada 2019, volumenya 31,1 juta ton dengan nilai US$1,05 miliar.

Namun Cina memiliki catatan berbeda. Menurut data UN Comtrade, pada tahun 2020 hingga 2023 Cina masih mengimpor bijih nikel dari Indonesia. Jumlah impor bijih nikel dari Indonesia selama empat tahun itu mencapai 5,6 juta ton.

Secara nilai, impor tersebut setara dengan US$310 juta, atau sekitar Rp4,6 triliun (asumsi nilai tukar US$1=Rp14.7457). Dengan asumsi bea keluar 10% dari nilai ekspor, maka potensi kehilangan pendapatan negara dari bea keluar adalah Rp495 miliar.

7. Asumsi nilai tukar Rp 14.745/US$ merupakan rata-rata nilai tukar tengah selama periode Januari 2020 sampai dengan Desember 2023.

Perbedaan catatan ini perlu untuk diusut untuk mencegah kebocoran yang sama di kemudian hari. Lubang kecil yang dibiarkan tak tertutup selalu berpotensi untuk membesar.

Apa Kabar Komitmen Pelestarian Lingkungan?

Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah komitmen untuk tetap menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup di area operasi. Kelestarian lingkungan (environmental sustainability) merupakan isu yang sangat sensitif karena mempengaruhi kehidupan masyarakat, khususnya di seputar area operasi tambang.

Baru-baru ini, izin usaha pertambangan (IUP) di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, menjadi sorotan dunia. Banyak warga yang khawatir operasi tambang akan mengganggu dan merusak ekosistem lingkungan, khususnya pada gugusan pulau karst kawasan geopark Raja Ampat8, yang terkenal akan keindahan alamnya itu.

8. Kawasan Raja Ampat ditetapkan UNESCO sebagai Global Geopark pada 24 Mei 2023.

Kampanye #SaveRajaAmpat ramai di media sosial, apalagi banyak selebritas dan kelompok masyarakat sipil yang ikut menyuarakannya. Kampanye tersebut bertujuan menuntut pemulihan ekosistem di Raja Ampat dengan mencabut IUP nikel perusahaan tambang di wilayah wisata tersebut.

Ada lima perusahaan yang menjalankan usaha pertambangan di Kabupaten Raja Ampat, yaitu PT Gag Nikel, PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Nurham.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sempat berkunjung ke kawasan tersebut pada 7-8 Juli 2025, lalu menyatakan tidak menemukan adanya kerusakan lingkungan dan pencemaran laut. Namun kemudian pemerintah berbalik arah.

Pada 10 Juni 2025, atas arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah mengumumkan pencabutan IUP empat perusahaan tambang: PT Anugerah Surya Pratama, PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond Perkasa, dan PT Nurham. Sementara PT Gag Nikel, anak usaha PT Antam Tbk, diizinkan untuk tetap beroperasi.

Faktor lingkungan, menurut Menteri Bahlil, adalah alasan pemerintah mencabut keempat IUP tersebut. ”Dalam implementasinya, empat perusahaan itu terdapat (melakukan) beberapa pelanggaran-pelanggaran dalam konteks lingkungan,” kata Bahlil, dikutip Metrotvnews.com, seperti menganulir keterangannya sendiri beberapa hari sebelumnya.

Kasus tersebut menjadi peringatan agar semua pemangku kepentingan lebih awas saat memberi IUP kepada perusahaan, juga lebih teliti dan menyeluruh ketika mengawasi operasi usaha tersebut ketika IUP sudah diberikan.

Related Articles

blog image

Pekerja di Indonesia Mayoritas Lulusan SD ke Bawah

Tingginya jumlah pekerja berpendidikan rendah menjadi cermin ketimpangan akses pendidikan di Indonesia.

Selengkapnya
blog image

Memperluas Calon Penerima Rumah Bersubsidi

Kekurangan jumlah rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di Indonesia hingga 2024 mencapai 10,9 juta unit.

Selengkapnya
blog image

3 Sinyal yang Menguncang Daya Beli Masyarakat

Pada awal tahun ini juga beberapa indikator tampak mencerminkan kegalauan masyarakat dalam menatap masa depan perekonomian nasional.

Selengkapnya